Sejarah Persib Bandung

Menelusuri Jejak Sejarah Persib Bandung sejak Masa Kolonial Belanda


Menurut direktur pembangunan Kota Bandung, Moh Enoch, dalam pidato peresmian sportpark Tegallega pada 9 September 1933, jejak sepak bola di Bandung dimulai pada 1903. Pendapat Enoch ini berdasarkan pembentukan klub sepak bola UNI dan SIDOLIG yang berdiri pada Februari 1903. Namun, fakta ini terbantah oleh berbagai literatur yang menunjukkan keberadaan klub BVC (Bandoengsche Voetbal Club) yang berdiri pada tahun 1900 sebagai klub sepak bola pertama di Bandung.

Sejumlah bukti menunjukkan, sepak bola telah dikenal di Bandung sejak akhir abad ke-19. Bila ditelusuri, kata voetbal atau sepak bola sudah ada dalam majalah berbahasa Belanda, AID, edisi 4 juli 1898 yang terbit di Bandung.

Wujud eksistensi dari sepak bola Bandung juga dibuktikan dengan adanya iklan toko NedIndische Sport-Maatshappij yang berdomisili di Wdeltevreden (daerah sekitar sawah besar, Jakarta Pusat). Toko ini punya agen di Bandung dan mengiklankan peralatan untuk bermain olahraga salah satunya sepak bola dalam AID edisi 27 Agustus 1900.

Kisah tentang cikal bakal sepak bola di Bandung hanyalah sekelumit dari isi buku Maenbal: Sejarah Sepak Bola di Bandung Tahun 1900-1950 karya Atep Kurnia. Publikasi ini menjadi menarik berkat temuan hari lahir Persib yang berbeda dengan apa yang diyakini oleh bobotoh (suporter Persib Bandung).

Selama ini hari lahir Persib ditetapkan jatuh pada 14 Maret 1933, tetapi dari arsip koran Sunda, Sipatahoenan, edisi Senin, 19 Maret 1934, diketahui hari lahir Persib jatuh pada 18 Maret 1934. Temuan ini menimbulkan kegemparan dan kontroversi baik di antara bobotoh maupun peminat sepak bola Bandung.

Sebelum menjadi buku, tulisan-tulisan Atep merupakan seri tulisan untuk ayobandung.com. Berawal dari temuan arsip hari lahir Persib, pembahasan meluas hingga topik sejarah sepak bola di Bandung. Periode sejarah sepak bola di Bandung oleh Atep dibatasi dari lahirnya klub sepak bola pertama di Bandung tahun 1900, hingga dibubarkannya perserikatan sepak bola bangsa Belanda pada tahun 1950 sebagai titik akhir.


Klub pertama

Dari penelusuran Atep, perkembangan sepak bola di Bandung dimulai sejak berdirinya BVC, klub sepak bola pertama di Bandung. Klub yang sudah ada sejak Desember 1900 ini diisi oleh orang-orang Belanda yang memiliki mata pencarian di Bandung. Mereka biasa berlatih sepak bola di lapangan Alun-alun Bandung. Olahraga ini cukup digemari dan banyak menarik anak-anak muda bergabung.

Jejak pertandingan-pertandingan BVC dapat dilihat pada koran-koran berbahasa Belanda yang terbit tahun 1904. Salah satu pertandingan yang menarik adalah BVC asal Bandung melawan BVC asal Batavia (Bataviasche Voetbal Club). Pertandingan ini terselenggara sebagai rangkaian dari upacara Paskah dan tercatat sebagai kompetisi yang pertama kali ada di Jawa Barat (hlm 6).

Sejumlah sumber pemberitaan pada masa itu melaporkan lapangan di Bandung tidak layak untuk disebut lapangan sepak bola. Pertandingan berjalan berat sebelah dan diceritakan para pemain Bandung tidak terlatih, tidak ada kerja sama tim, dan tidak mengetahui aturan permainan. Pertandingan pun berakhir untuk keunggulan Batavia 4-0.

Setelah pertandingan di Bandung, BVC Bandung mengajukan tanding ulang untuk membalas kekalahan. Pertandingan ulang pun dilaksanakan di Koningsplein dalam peringatan Hari Pentakosta. Hasilnya, Bandung kalah dengan sangat memalukan. Batavia mencukur habis Bandung dengan skor 12-0.

Berita terakhir terkait BVC dimuat di koran HNDNI edisi 30 Desember 1904. Dalam berita itu disebutkan adanya kompetisi pertama antara BVC dan UNI dari Cimahi. Pertandingan yang berlangsung di lapangan Pieterspark, kandang BVC, sekaligus menandai kelahiran pertama bond atau perserikatan sepak bola di Bandung, yakni Preanger Voetbal Bond (PVB)(hlm 8).


Perserikatan

Sejarah perserikatan sepak bola di Bandung dikupas secara khusus dalam buku ini. Bersumber dari koran AID 26 November 1904, Perserikatan Sepak Bola Priangan (PVB) tercatat sebagai perserikatan pertama di Bandung. Dalam koran ini disebutkan PVB dibentuk oleh tiga klub, yakni SIDOLIG, BVC, dan UNI, setelah pertandingan antara UNI dan SIDOLIG (hlm 126).

Perserikatan Sepak Bola Priangan dalam perkembangannya kurang berperan dalam pengorganisasian pertandingan liga. Perserikatan ini hanya memfasilitasi perebutan sejumlah trofi. Sebelum Bandoengsche Voetbal Bond (BVB) berdiri, data terakhir kompetisi yang diselenggarakan di Bandung adalah Indische Sportbeker pada 1912 dengan SIDOLIG keluar sebagai juara.

Seiring berkembangnya organisasi sepak bola bangsa Eropa, organisasi sepak bola bumiputra juga turut berkembang di Bandung. Berkat inisiasi dari UNI, pada 17 Agustus 1909 terbentuk lima klub sepak bola bumiputra yang dapat ikut serta dalam kompetisi merebutkan medali perak yang disebut ”Insulinde-medaille”. Lima kesebelasan itu adalah VIK, DVC, WM, VOAS, dan IVC.

Kompetisi yang diadakan oleh UNI menerapkan sistem gugur. Uniknya, selain pertandingan sepak bola juga diselenggarakan berbagai perlombaan seperti lomba lari, lempar bola, menendang bola, lari keliling lapangan, yang dapat diikuti oleh semua orang. Pada kompetisi yang diadakan pada 12 September 1909, VOAS keluar sebagai juara. Kompetisi ini menjadi cikal bakal federasi sendiri milik bumiputra yang terpisah dari perserikatan bangsa Eropa.


Persib

Pelurusan fakta sejarah hari lahir Persib merupakan cikal bakal terbitnya buku ini. Untuk sekian lama tanggal 14 Maret 1933 disebut sebagai tanggal lahir Persib. Sejumlah literatur menyebut bahwa pada tanggal tersebut terjadi fusi antara dua perkumpulan sepak bola PSIB dan NVB. Penggabungan ini dipimpin oleh Anwar St. Pamoentjak yang disebut-sebut sebagai ketua pertamanya.

Seiring waktu, sejarah hari lahir Persib diragukan karena tidak ada arsip otentiknya dan terjadi pergantian nama beberapa kali dari BVIB, PSIB, hingga Persib. Kepastian tanda jadi Persib akhirnya mendapat titik terang setelah Atep menemukan arsip yang menyebut tanggal 18 Maret 1934 sebagai hari pertama digunakannya nama Persib, dan Anwar dari PSIB sebagai ketua pertamanya.

Arsip yang menjadi landasan hari lahir Persib tertuang dalam koran Sip (Sunda Sipatahoenan) edisi Senin, 19 Maret 1934. Dua laporan itu bertajuk ”PERSIB: Almarhoem P.S.I.B. djeung N.V.B.” dan ”PSIB+NVB=PERSIB". Dalam pemberitaan disebutkan adanya rapat yang dihadiri oleh sedikit orang pada 18 Maret 1934. Walau serba sederhana, rapat tersebut sangat penting karena menyangkut keputusan fusi dua perhimpunan sepak bola Indonesia.

Selain meluruskan sejarah, buku karya Atep berhasil memberikan gambaran dan pencerahan terhadap sejarah sepak bola di Bandung. Melalui narasi-narasi yang berasal dari arsip media pada masanya, berbagai peristiwa kecil yang tersaji dapat membawa imaji pembaca ke romantika zaman kolonial.

Sebagai catatan, meski buku ini berjudul Maenbal, tak dijelaskan secara khusus makna maenbal kepada pembaca. Istilah maenbal sempat muncul dalam cuplikan pidato Enoch berbahasa Sunda. Dalam terjemahan pidato itu, maenbal secara tersirat berarti sepak bola (hlm 2). Pemahaman istilah ini cukup penting dan menarik terutama bagi pembaca yang bukan orang Sunda. (LITBANG KOMPAS)

Lebih baru Lebih lama